Sabtu, 16 Januari 2021

Shifatul Insan

 Manusia hendaknya selalu melakukan tazkiyah terhadap jiwanya, yakni dengan cara menghiasi dirinya dengan sifat-sifat mulia, di antaranya adalah:


1. Banyak bersyukur (syakur).


Hal ini tiada lain karena kita menyadari bahwa seluruh kenikmatan yang dirasakan selama ini adalah berasal dari Allah Ta’ala.


وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)…” (QS. An-Nahl, 16: 53)


Kenikmatan tersebut tak terhingga banyaknya,


وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl, 16: 18)


Maka seorang mu’min hendaknya tidak lepas dari sikap syukur ini, karena kehidupan ibarat roda yang berputar yang harus dihadapi dengan dua sikap: syukur atau sabar.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)


Banyak bersyukur adalah sifat para nabi. Nabi Nuh ‘alaihis salam dipuji oleh Allah Ta’ala karena sifat mulia ini,


إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا

“Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. Isra’, 17: 3)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menginginkan dirinya menjadi hamba yang bersyukur. Untuk itulah beliau selalu melaksanakan shalat malam hingga kedua kakinya bengkak. Manakala ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya, ”Mengapa Anda melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang dulu maupun yang akan datang?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:


أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا

”Tidak pantaskah jika aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)


2. Kedua, penyabar (shabur).


Sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada dua sikap yang tidak bisa lepas dari kehidupan seorang mu’min, yaitu syukur dan sabar, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Oleh karena itu sikap sabar menjadi sebuah keniscayaan bagi seorang mu’min.


Syaikh Yusuf Al Qaradawi dalam bukunya As-Shabru fil Quran membagi sabar menjadi enam macam, yaitu :


Sabar Menerima Cobaan Hidup. Seperti lapar, haus, rasa sakit dan kerugian harta. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’” (QS. Al-Baqarah, 2: 155 – 156)


Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu. Yakni keinginan kepada segala macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Segala keinginan tersebut harus kita kendalikan dengan kesabaran agar tidak menyebabkan lalai dari mengingat Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun, 63: 9)


Sabar dalam Taat Kepada Allah Ta’ala. Yakni bersungguh-sungguh menghadapi rintangan yang menggoda, baik dari dalam maupun dari luar diri kita, seperti rasa malas, mengantuk dan kesibukan yang menyita waktu untuk beribadah.

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam, 19: 65)


Sabar dalam Berdakwah. Hal ini sebagaimana dinasihatkan oleh Luqman kepada anaknya yang disebutkan di dalam Al-Qur’an,

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”  (QS. Luqman, 31: 17)


Sabar dalam Perang. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 200)


Sabar dalam Pergaulan. Salah satu prinsip yang diajarkan Islam dalam pergaulan disebutkan di dalam ayat berikut,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa’, 4: 19)


3. Belas kasih (ra’ufun) dan keempat, kasih sayang (rahiimun)


Sifat ra’uf dan rahim adalah bagian dari sifat Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini,


إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya Allah benar-benar amat Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah, 2: 143)


Kedua sifat ini pun dinisbatkan oleh Allah Ta’ala kepada pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah, 9: 128)


Maka, mereka yang berkehendak mentazkiyah jiwanya, tentu akan berupaya menghiasi jiwanya dengan kedua sifat mulia.


4. Lembut, santun, murah hati, atau toleran (halim).


Al-Halim  adalah salah satu nama dan sifat Allah Ta’ala. Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah dalam Syarh Al-Asma’ul Husna menyebutkan bahwa Al-Halim maknanya adalah penyantun yang sempurna, yang sifat santun-Nya juga mencakup orang-orang kafir dan fasiq serta ahli maksiat. Dia menahan hukuman-Nya terhadap orang-orang yang berbuat zalim untuk memberi tempo agar mereka bertaubat.


Al-Halim  juga bermakna Yang terus memberikan nikmat-nikmat kepada makhluk-Nya, lahir maupun batin, walaupun mereka berbuat maksiat dan banyak kesalahan. Allah Ta’ala tidak segera membalas orang-orang yang bermaksiat, namun Dia memberi mereka waktu agar bertaubat dan kembali.


Orang-orang yang yang ingin melakukan tazkiyah akan meneladani sifat-sifat Allah Ta’ala tersebut, sehingga mereka senantiasa  bersikap lembut, santun, murah hati, dan toleran.


5. Suka bertaubat (awwab).


Manusia adalah makhluk yang lemah. Mereka -tanpa kecuali- seringkali berbuat khilaf dan salah. Namun di dalam ajaran Islam, orang yang baik itu bukanlah orang yang tidak pernah berbuat khilaf dan salah; akan tetapi menurut Islam orang yang baik itu adalah orang yang jika terlanjur berbuat salah ia segera bertaubat kepada Allah Ta’ala.


Bahkan salah satu ciri orang bertakwa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah:


وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran, 3: 135)


Disebutkan pula di dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik , bahwa Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak Adam (manusia) pasti sering berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang mau bertaubat.” (H.R. Ibnu Majah no. 4251 dan lainnya).


Oleh karena itu, seseorang yang ingin mentazkiyah jiwanya hendaknya berupaya memiliki sifat awwab ini. Mereka selalu sadar terhadap kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya, lalu segera mengiringinya dengan taubat disertai keyakinan bahwa Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan dan video promosi MS by Kyrafi

 Adapun laporan produk kami yaitu sebagai berikut :  Laporan pembuatan produk sajadah MS by Kyrafi Adapun video promosi produk kami yaitu se...